“Pembangunan tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu kolaborasi dan rasa cinta terhadap daerah agar Batam semakin maju dan berdaya saing,” katanya.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, Ardhienus menjelaskan bahwa kegiatan pemecahan rekor MURI ini tidak hanya bernilai budaya, tetapi juga mengandung pesan ekonomi yang kuat.
Menurutnya, penggunaan cabai kering dalam masakan asam pedas menjadi bentuk inovasi strategis yang mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“Kita tahu bahwa cabai adalah salah satu komoditas yang paling sering memicu inflasi. Ketika pasokan menurun, harga melonjak dan memengaruhi daya beli masyarakat. Dengan mengembangkan cabai kering, kita bisa menjaga pasokan dan harga lebih stabil,” jelasnya.
“Pada triwulan II 2025, ekonomi Kepri tumbuh 7,14 persen, meningkat dari 5,16 persen pada periode sebelumnya, dan menjadi yang tertinggi di Sumatera. Inflasi pun terkendali di angka 2,70 persen secara tahunan,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa momentum Pekan Rasa Melayu menjadi sarana edukasi publik mengenai pentingnya inovasi pangan.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menyampaikan bahwa masakan lezat tidak selalu harus menggunakan cabai segar. Cabai kering pun mampu menghadirkan cita rasa sama nikmatnya, dengan keunggulan stabilitas harga dan daya simpan lebih lama,” ujarnya.
