OPINI: Bertaruh Nasib di Batam: Bumi Semua Bangsa

Namun, pertumbuhan yang pesat itu juga melahirkan jurang. Kawan-kawan saya yang disebut sebagai warga tempatan dan pribumi yang sejak lama mendiami Batam sering merasa tercecer dalam arus pembangunan.

Ketika perantau datang membawa modal, jaringan, dan keberanian, mereka kerap hanya jadi penonton di tanah sendiri. Di pasar-pasar modern, di gedung-gedung pencakar langit, wajah mereka semakin jarang terlihat sebagai pemilik. Tapi saya masih meyakini: tak kan melayu hilang di bumi.

Inilah dilema Batam: antara menjadi etalase kemajuan bangsa, atau luka diam-diam bagi anak tempatan. Pertumbuhan ekonomi tak selalu menjamin pemerataan, dan sejarah akan menagih jawab.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA:  Pidato Sambutan Pertama, Kepala BP Batam Komitmen Tuntaskan Pembangunan Batam

Namun, Batam tetaplah kanvas besar tempat manusia melukis nasibnya. Ada warna cerah, ada yang kelam, tapi semuanya lahir dari keberanian untuk memulai.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *