OJK Targetkan Penghimpunan Dana dari Pasar Modal Indonesia Rp220 Triliun di 2025

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar

IDNNEWS.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan penghimpunan dana di pasar modal Indonesia sebesar Rp220 triliun pada 2025. Target itu dipasang kendati kondisi pasar mendapat tantangan dari sisi global berupa ancaman perang dagang tahun ini.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan penghimpunan dana di pasar modal Indonesia pada 2024 berhasil melampaui target, yakni Rp259,24 triliun.

Penghimpunan dana di pasar modal itu bersumber dari 199 penawaran umum. Penghimpunan dana didominasi oleh sektor keuangan sebesar 35,6%.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA:  Bersama Sebelas Negara, OJK Terpilih Sebagai Anggota Komite Eksekutif Dana Pensiun Dunia

Sementara, sektor lainnya yang juga mendongkrak penghimpunan dana di pasar modal pada 2024 antara lain energi sebesar 23,7% serta basic material sebesar 22%.

“Dari sisi permintaan, jumlah investor pasar modal tumbuh enam kali lipat dalam lima tahun terakhir menjadi 14,87 juta investor per akhir Desember 2024,” kata Mahendra dalam acara Petemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) pada Selasa (11/2/2025).

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar

Adapun, pada tahun ini, pasar modal Indonesia ditarget bisa menghimpunan dana sebesar Rp220 triliun dari berbagai aksi penggalangan. Seiring dengan target tersebut, OJK mengakui banyak tantangan yang ada tidak mudah.

“Pertumbuhan ekonomi global tumbuh terbatas. Lalu, normalisasi suku bunga AS akan terus berlanjut, namun dengan laju lebih lambat,” ujar Mahendra.

BACA JUGA:  Kukuhkan TPAKD dan FKIJK, Ini Harapan OJK dan Pemprov Kepri

Selain itu, kompleksitas pemulihan ekonomi kian meningkat seiring geopolitik dinamis. Kebijakan perdagangan dipengaruhi juga aspek politik.

Sedangkan dari sisi domestik, kondisi pasar dihadapkan atas isu struktural penerapan tenaga kerja sektor formal. Tantangan juga muncul terkait pemulihan daya beli masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah. (**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *