IDNNEWS.CO.ID, BATAM – Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri pada Triwulan I/2025 diangka 5,16 Persen (yoy). Dimana presentase ini terbilang mengalami pertumbuhan dibandingkan momen yang sama pada tahun 2024.
Hal tersebut diungkapkan Deputi Kepala Perwakilan BI Kepri, Adidoyo Prakoso dalam Bincang Bareng Media dengan mengusung tema Perkembangan Ekonomi Terkini, Digitalisasi Sistem Pembayaran dan Peredaran Uang Rupiah di Aula Lantai II Gedung BI Perwakilan Provinsi Kepri pada Rabu (4/6/2025) pagi.
Adidoyo juga menegaskan bahwa presentase pertumbuhan ini terbilang lebih tinggi dari pertumbuhan wilayah Sumatera yang sebesar 4,85% (yoy) dan pertumbuhan Nasional sebesar 4,87% (yoy).

Pertumbuhan tersebut utamanya didorong oleh adanya aktivitas Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Perdagangan.
“Melihat hal ini, diperkirakan perekonomian Kepri diprakirakan tumbuh menguat pada tahun 2025 dalam kisaran 4,8-5,6 persen,” tegas Adidoyo.
Adidoyo juga menegaskan, pertumbuhan perekonomian Kepri ini dipicu oleh dua faktor, yakni Upside Risk dan Downside Risk.
Dimana Upside Risk ini ditimbulkan masih tingginya permintaan terhadap produk elektronik dan galangan kapal yang merupakan komoditas unggulan Kepri. Kemudian, adanya pembangunan berbagai infrastruktur strategis di Kepri.
Serta berlanjutnya investasi dengan pengembangan sejumlah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kepri.
“Kemudian, adanya Implementasi kebijakan short term visa, serta kebijakan pendorong pariwisata lainnya serta Eksplorasi minyak dan gas di laut Natuna yang mendorong sektor pertambangan dan penggalian,” tegasnya.
Sementara itu, faktor Downside Risk disebabkan oleh adanya gejolak geopolitik yang berpotensi meningkatkan ketidakpastian yang menghambat investasi. Serta transisi pemerintahan AS sebagai mitra dagang utama perlu dicermati, khususnya terkait dengan kebijakan perdagangan internasional.
“Untuk itu, Kantor Bank Indonesia Perwakilan Provinisi Kepulauan Riau merekomendasikan beberapa hal,sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Diantaranya, mendorong peningkatan investasi melalui penguatan insentif dan regulasi, mendorong adanya hilirisasi bahan baku dan sumber daya alam yang ada di Kepri untuk memperkuat local value chain (LVC), dan mendorong normalisasi frekuensi dan perluasan rute penerbangan baru di wilayah Kepri untuk mendukung peningkatan kunjungan wisatawan,” tegasnya.
Selain itu, tambahnya, mendorong adanya penguatan aspek 3A dan 2P (Akses, Amenitas, Atraksi, Pelaku, dan Promosi) sebagai upaya mendorong pemulihan sektor pariwisata, serta peningkatkan perluasan digitalisasi sistem pembayaran dan elektronifikasi transaksi pemerintah daerah.
“Terakhir adalah memperkuat program pemberdayaan UMKM, sehingga dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang berorientasi ekspor,” tegasnya.(iman)