Andre juga menjelaskan bahwa setiap rekor kuliner yang diajukan harus memenuhi kriteria tertentu, terutama terkait kelayakan konsumsi.
“Salah satu syarat penting dalam rekor kuliner adalah semua makanan yang disajikan wajib bisa dimakan. Tidak boleh ada pemborosan. Jadi seluruh hidangan harus layak konsumsi, baik dari segi rasa maupun kebersihan,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, Ikan asam pedas sendiri merupakan kuliner khas Kepulauan Riau yang memiliki cita rasa kuat dan segar, perpaduan antara asam, pedas, dan gurih. Penggunaan cabai kering menjadi daya tarik tersendiri karena memberikan aroma khas dan warna merah pekat yang menggugah selera.
Dalam acara tersebut, para tamu undangan termasuk rekan media, pejabat daerah, dan tamu hotel turut berkesempatan mencicipi langsung hidangan hasil pemecahan rekor tersebut. Banyak di antara mereka memberikan apresiasi terhadap cita rasa ikan asam pedas yang disajikan, menyebutnya sebagai kuliner yang layak dijadikan ikon gastronomi Batam.
Andre Purwandono pun menambahkan, MURI mencatat setiap kuliner daerah secara spesifik agar keunikan masing-masing wilayah tetap terjaga.
“Setiap daerah di Indonesia memiliki kuliner primadona yang khas. Kami di MURI tidak pernah menyamakan satu rekor kuliner dengan daerah lain. Jadi, asam pedas khas Melayu dari Batam ini memiliki catatan tersendiri dalam sejarah rekor kuliner Indonesia,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Andre juga membagikan kisah tentang beberapa rekor kuliner unik dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya datang dari Pulau Kei Kecil, Maluku, di mana masyarakat setempat berhasil memecahkan rekor MURI dengan menciptakan varian menu terbanyak dari bahan dasar enbal, atau singkong beracun yang diolah menjadi sumber pangan aman seperti roti, pizza, dan brownies.
“Setiap daerah punya keunikan dan potensi luar biasa. Tugas kami di MURI adalah mencatat dan memberikan penghargaan agar semua itu terdokumentasi dengan baik,” katanya.
