Batam dikenal sebagai kota dengan populasi tenaga kerja muda yang besar, terutama di sektor industri dan jasa. Berdasarkan data demografis, sekitar 50–60% dari populasi potensial pembeli rumah di Batam berasal dari kelompok usia 22 hingga 35 tahun.
Robinson mengungkapkan bahwa generasi muda kini menjadi target utama pengembang, karena selain jumlahnya dominan, mereka juga memiliki gaya hidup, cara berpikir, dan preferensi hunian yang berbeda dari generasi sebelumnya.
“Kami sedang mencoba menyesuaikan produk dengan habit anak muda. Mereka menginginkan hunian yang modern, fleksibel, ramah lingkungan, dan tentu dengan skema pembayaran yang realistis. Ini yang sedang dikembangkan teman-teman pengembang,” jelasnya.
Banyak proyek properti di Batam kini mulai menonjolkan konsep green living, smart home, dan komunitas urban yang terintegrasi—konsep yang sangat dekat dengan karakter milenial yang dinamis dan digital-savvy.
Menurut Robinson, pengembang properti di Batam kini tidak hanya berlomba dalam hal desain dan lokasi, tetapi juga dalam menciptakan ekosistem hunian yang berkelanjutan dan inklusif.
“Kita melihat adanya kompetisi sehat antaranggota REI dalam menciptakan produk yang ramah lingkungan, terjangkau, dan menarik bagi generasi muda. Dari sisi harga, cicilan, dan nilai investasi, semua mulai dirancang agar sesuai dengan kebutuhan pasar ini,” ujarnya.
Selain itu, REI Batam juga menegaskan pentingnya sinergi dengan Pemerintah Kota Batam dan BP Batam. Kolaborasi ini diharapkan bisa mempercepat realisasi program-program strategis yang mendukung pertumbuhan ekonomi kota sekaligus memperkuat kepercayaan investor.
