Belakang Padang ‘Berlayar’, Ketika Pulau Perbatasan Jadi Ikon Baru Ekonomi Digital Kepri

‘Belakang Padang dan Napas Baru Ekonomi Digital Provinsi Kepri’

Angin laut Belakang Padang selalu membawa cerita. Namun awal 2025 ini, hembusannya terasa berbeda—lebih hangat, lebih optimis, lebih hidup. Di pelataran pulau kecil yang menghadap langsung ke Singapura itu, ratusan warga berkumpul dalam suasana meriah.

Musik, tenda-tenda edukatif, anak-anak berlarian dengan gelak tawa. Mereka bukan hanya menghadiri sebuah festival, tetapi menyaksikan lahirnya sebuah gerakan: BERLAYAR atau Bersama Rayakan Festival Digitalisasi Masyarakat Kepulauan Riau 2025.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA:  Kolaborasi OJK Kepri dan Pemko Batam Hadirkan Literasi Keuangan melalui Perlindungan Konsumen

Bagi Bank Indonesia Provinsi Kepri, Belakang Padang bukan sekadar lokasi acara. Pulau ini adalah beranda terdepan Indonesia, titik batas yang justru menjadi pintu masuk berbagai peluang ekonomi.

Karena itu, ketika Ardhienus, Deputi Kepala Perwakilan BI Kepri, berdiri di panggung mewakili Kepala Perwakilan Rony Widijarto, ia tidak sekadar memberi sambutan. Ia membawa pesan penting: bahwa digitalisasi ekonomi tidak boleh berhenti di kota besar, melainkan harus merambat hingga pulau-pulau terluar.

Bagi BI Kepri, Belakang Padang memiliki keistimewaan geografis. Berhadap-hadapan dengan Singapura, pulau ini selama bertahun-tahun menjadi lintasan aktivitas ekonomi masyarakat pesisir dan para pekerja migran. Interaksi dengan negara tetangga membuat masyarakatnya adaptif, terbuka, dan punya mobilitas ekonomi tinggi.

BACA JUGA:  Penggunaan QRIS Tap Berbasis NFC Tumbuh Pesat, Tembus 47,8 Juta Pengguna

Itulah alasan pulau ini dipilih menjadi lokasi festival. BI melihat Belakang Padang sebagai laboratorium ideal untuk memperkuat ekosistem pembayaran digital, khususnya QRIS dan potensi QRIS Cross Border, yang memungkinkan transaksi antarnegara menjadi lebih mudah.

Nama BERLAYAR sendiri dipilih sebagai simbol perjalanan bersama menuju masa depan: menggabungkan budaya lokal dengan teknologi modern.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *